I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Alquran merupakan petunjuk dan undang-undang
yang harus ditaati dan diamalkan oleh setiap muslim. Allah menurunkannya
kepada Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul-Nya yang sebaik-baiknya teladan hidup
bagi umat Islam.
Salah satu tugas penting Rasulullah saw. adalah
membimbing ummatnya ke jalan yang lurus (agama Islam), demi kebahagiaan
hidupnya di dunia dan akhirat kelak. Oleh karena itu, keingkaran terhadap
Rasulullah saw. termasuk dosa besar. Sedangkan keimanan terhadapnya dan
melaksanakan segala perintahnya termasuk ibadah yang bernilai amal shaleh.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan
solawat?
2.
Bagaimanakah tafsir ayat Al-Qur’an
mengenai Solawat?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Solawat
Term shalawat (صلوات) berasal dari akar صلي، يصلي yang
terdiri atas huruf; al-shâd, lâm dan huruf mu’tal al-yâ’u, yang artinya; جنس من
العبادة ,(salah satu jenis rangkaian ibadah). Kemudian, term tersebut
berubah menjadi mashdar dalam bentuk صلاة yang secara etimologi berarti doa. Sedangkan
kata doa berakar kata dari دعا-يدعو-دعوة yang berarti ajakan, seruan, panggilan
untuk mendekatkan diri. [1] Dengan
demikian, secara etimologi dapat dinyatakan bahwa orang yang bershawalat
berarti ia ingin mendekatkan diri kepada sesuatu yang dijadikan obyeknya. bn
Katsîr menjelaskan bahwa shalawat Allah swt. terhadap manusia tersebut
mengindikasikan adanya perolehan rahmat,[2]
atau melimpahkan rahmat-Nya kepada manusia. Dari sini, dapat diklasifikasi
bahwa shalawat Allah swt. kepada hamba-Nya terdiri atas dua kategori. Yakni,
shalawat khusus dan shalawat umum. Shalawat khusus adalah shalawat Allah
terhadap Rasul-Nya, para Nabi-Nabi-Nya. Sedangkan shalawat umum adalah shalawat
Allah swt. kepada hamba-Nya.
Jelaslah bahwa shalawat Allah swt. kepada Nabi
Muhammad saw. merupakan shalawat khusus. Dalam pengertian, Allah swt. memuji
Muhammad saw., melahirkan keutamaan dan kemuliannya, serta memuliakan dan
mem-perdekatkan Muhammad saw. kepada diri-Nya.
Perlu dipahami bahwa dengan bershalawatnya Allah swt.
kepada hamba-Nya, khususnya kepada Nabi Muhammad saw. merupakan tamstîl sebagai
suri tauladan yang harus diikuti.
Selanjutnya, mengenai pengertian shalawat ummat
Muhammad saw. terhadap beliau adalah mengakui kerasulannya serta memohon
syafaat dan mendekatkan dari kepada Allah swt.[3]
Jadi, pengakuan terhadap kerasulan Muhammad saw. bukan saja diikrarkan dengan
pengucapan syahadat, tetapi lebih dari itu dituntut untuk di-muliakan beliau
dengan cara bershalawat terhadapnya.
Terdapat banyak
lafal-lafal solawat untuk Nabi Muhammad SAW. , namun yang paling populer adalah sebagai
berikut :
Lafal-lafal shalawat yang dikemukakan dalam sub
bahasan ini adalah lafal-lafal shalawat untuk Nabi saw. dari umatnya. Yakni,
antara lain yang sangat populer adalah ;
1.
صلي الله علي محمد;(semoga Allah
swt. melimpahkan tambahan rahmat kepada Nabi Muhammad saw)
2.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما
صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك جميد مجيد;
(Ya Allah, berilah
tambahan rahmat kepada Nabi Muhammad saw., keluarga beliau, sebagaimana Engkau
telah memberi rahmat atau Nabi Ibrahim as, keluarganya. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji lagi Maha Agung)
3.
اللهم صل على محمد ; (Ya Allah.
limpahkan rahmat atas Nabi Muhammad saw)
4.
Ungkapan-ungkapan lainnya yang
mengandung doa dan penghormatan untuk Nabi saw. guna mendekatkan diri kepada
Allah swt.[4]
Lafal-lafal shalawat yang disebutkan di atas,
dianjurkan untuk direalisasikan dalam kehidupan. Dalam kitab Irsyad al-Ibâd Ilâ
Sabîl al-Irsyad dikemukakan bahwa bahwa orang lalai membaca shalawat merupakan
salah satu ciri orang yang melalaikan ajaran agama.[5]
Konsekuensi ini merupakan ketetapan agama. Hal tersebut dikarenakan shalawat
merupakan rangkaian ibadah, dimana manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah.
Allah swt berfirman ; “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada (Ku)”.
Dalam beribadah dituntut untuk ikhlas dan khusyu’,
tetapi walaupun shalawat termasuk ibadah tidaklah terlalu dituntut untuk
khusyu. Hal demikian disebabkan agar seorang hamba terlatih untuk me-realisasikan
shalawat dalam kehidupannya.
Yang jelas perealisasian shalawat untuk Nabi saw.
adalah fardhu. Hal ini disebabkan adanya perintah Allah swt. dalam QS. al-Ahzâb
(33):56 kepada orang mu’min untuk bershalawat kepada Nabi saw, yakni ;”… Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
peng-hormatan kepadanya.”
Dari firman di atas, diinformasikan bahwa ruang dan
waktu untuk merealisasikan shalawat tidak terbatas, di samping itu, dengan
bersahalawat dalam segala ruang dan waktu juga merupakan wujud keimanan seorang
muslim terhadap Allah swt., dan wujud kecintaan seorang muslim terhadap Nabi
saw.
B.
tafsir ayat Al-Qur’an mengenai
Solawat
Karena shalawat tergolong dalam salah satu amalan ibadah, maka tentu
ditemukan dalil-dalilnya di dalam Alquran. Berikut ini, dikemukakan
dalil-dalilnya atau ayat-ayat yang dimaksud ;
1. QS. al-Baqarah (2): 157
y7Í´¯»s9'ré& öNÍkön=tæ ÔNºuqn=|¹ `ÏiB öNÎgÎn/§ ×pyJômuur ( Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbrßtGôgßJø9$# ÇÊÎÐÈ
Artinya :
‘Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk’
Dikatakan bahwa ayat di atas berkenaan dengan
shalawat, karena ditemukan kata “صلوات” di dalamnya yang berarti “berkah”[6]dimana
telah dikemukakan terdahulu bahwa shalawat dapat diartikan dengan berkah.
2. QS. al-Baqarah (2): 239
÷bÎ*sù óOçFøÿÅz »w$y_Ìsù ÷rr& $ZR$t7ø.â ( !#sÎ*sù ÷LäêYÏBr& (#rãà2ø$$sù ©!$# $yJx. Nà6yJ¯=tæ $¨B öNs9 (#qçRqä3s? cqãKn=÷ès? ÇËÌÒÈ
Artinya :;
‘Peliharalah semua shalat (mu) dan (periharalah)
shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusu’.
Dikatakan bahwa ayat di atas berkenaan dengan
shalawat, karena ditemukan kata “صلوات” di dalamnya yang berarti
“shalat-shalat”dimana telah dikemukakan terdahulu bahwa shalawat dapat
diartikan dengan ibadah, sementara shalat merupakan salah satu ibadah.
3. QS. al-Taubah (9): 99;
ÆÏBur É>#tôãF{$# `tB ÚÆÏB÷sã «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# äÏGtur $tB ß,ÏÿZã BM»t/ãè% yYÏã «!$# ÏNºuqn=|¹ur ÉAqߧ9$# 4 Iwr& $pk¨XÎ) ×pt/öè% öNçl°; 4 ÞOßgè=Åzôãy ª!$# Îû ÿ¾ÏmÏFuH÷qu 3 ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÒÒÈ
Artinya :
‘Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang
dinafkahkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan
sebagai jalan untuk memperoleh do’a Rasul. Ketahuilah sesungguhnya nafkah itu
suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). kelak Allah akan
memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.’
Dikatakan bahwa ayat di atas berkenaan dengan
shalawat, karena ditemukan kata “صلوات” di dalamnya yang berarti “doa”dimana
telah dikemukakan terdahulu bahwa shalawat dapat diartikan dengan doa.
5.
QS. Al-Ahzab ayat 56 :
¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áã n?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JÎ=ó¡n@ ÇÎÏÈ
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat kepada Nabi; wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu
kepadanya dan ucapkan salam kepadanya.” (Al-Ahzab/33: 56)
Ulama dari
kalangan mazhab Ahlul bait (sa) sepakat bahwa ayat ini diturunkan untuk
menegaskan hak Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), yaitu perintah
bershalawat kepada mereka dan cara bershalawat. Ulama Ahlussunnah juga sepakat
kecuali hanya beberapa penulis.
Yakni Allah memuji Beliau di hadapan para malaikat, karena Allah cinta
kepada Beliau, para malaikat yang didekatkan pun memuji Beliau serta
mendoakannya.
Karena mengikuti Allah dan para malaikat-Nya serta sebagai balasan
terhadap jasanya, sekaligus untuk menyempurnakan iman kita, sebagai bentuk
pemuliaan terhadap Beliau, penghormatan dan kecintaan kepada Beliau serta untuk
menambah kebaikan kita, menghapuskan kesalahan kita. Ucapan shalawat dan salam
yang terbaik adalah yang Beliau ajarkan kepada para sahabatnya, yaitu yang
biasa kita baca dalam tasyahud. Bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam diperintahkan dalam setiap waktu, terutama sekali ketika nama Beliau
disebut, dalam shalat setelah tasyahhud, takbir kedua dalam shalat janazah,
masuk dan keluar masjid, dalam qunut witir, pada siang dan malam Jum’at,
setelah mendengar azan, dalam dzikr pagi dan petang, dan sebelum berdoa, dan
duduk di suatu majlis (sebagaimana diterangkan dalam beberapa hadits). Demikian
pula dalam khutbah dan mukaddimah (pengantar).[7]
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk memuliakan
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, bershalawat dan mengucapkan salam
kepada Beliau, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang menyakitinya dan
mengancam orang yang menyakitinya sebagaimana dalam firman-Nya di atas.
III.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang telah penulis paparkan. Penulis menyadari bahwa masih banyak
sekali kekurangan yan ada dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan megharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk dijadikan bahan evaluasi bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Abîy al-Husayn Ahmad bin Fâris bin Zakariyah, Mu’jam Maqâyis al-Lugah, juz III (Cet.II; t.t.: Al-Maktabah
al-Manâzi’, 1980 M./ 1390 H.)
Imâd al-Dîn Abû al-Fidâ Ismail ibn Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm al-Musamma Tafsîr Ibn Katsîr, juz III (Semarang : Toha Putra,
t.th.)
Fatahuddin Abul Yasin, Kumpulan
Sholawat Nabi saw Beserta Hikmah dan Khasiatnya (Surabaya : Terbit Terang, 2000)
Muhammad ‘Âli ali bin Muhammad al-Syaukâniy, Fath al-Qadîr Jâmi’ Bay al-Fanniy al-Riwâyah wa al-Dirâyah min ‘Ilm
al-Tafsîr, juz IV ((Cet.I; Beirut :
Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1994)
Muhammad Ali al-Kurdi, Irsâd al-Ibâd Ilâ Sabîl al-Irsyâd diterjemahkan
oleh H. Salim Bahresy dengan judul Petunjuk Jalan Lurus (Surabaya: Darussagaf,
1997)
Imâd al-Dîn Abû al-Fidâ Ismâil Muhammad Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur’ân
al-Azhîm, juz I (Semarang :
Toha Putra, t.th.)
[1] Abîy
al-Husayn Ahmad bin Fâris bin Zakariyah, Mu’jam
Maqâyis al-Lugah, juz III (Cet.II; t.t.: Al-Maktabah al-Manâzi’, 1980 M./
1390 H.), h. 300
[2] Imâd
al-Dîn Abû al-Fidâ Ismail ibn Katsir, Tafsîr
al-Qur’ân al-Azhîm al-Musamma Tafsîr Ibn Katsîr, juz III (Semarang : Toha Putra, t.th.), h. 506
[3]
Fatahuddin Abul Yasin, Kumpulan Sholawat
Nabi saw Beserta Hikmah dan Khasiatnya (Surabaya : Terbit Terang, 2000), h.6
[4] Muhammad
‘Âli ali bin Muhammad al-Syaukâniy, Fath
al-Qadîr Jâmi’ Bay al-Fanniy al-Riwâyah wa al-Dirâyah min ‘Ilm al-Tafsîr,
juz IV ((Cet.I; Beirut :
Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1994), h. 379.
[5] Muhammad
Ali al-Kurdi, Irsâd al-Ibâd Ilâ Sabîl al-Irsyâd diterjemahkan oleh H. Salim
Bahresy dengan judul Petunjuk Jalan Lurus (Surabaya: Darussagaf, 1997), h. 433
[6] Imâd
al-Dîn Abû al-Fidâ Ismâil Muhammad Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, juz I
(Semarang : Toha
Putra, t.th.), h. 197.
[7] Ibid.,
hlm.205
Tidak ada komentar:
Posting Komentar